Sabtu, 29 Mei 2010

ANEMIA

A. Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

B. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.



Penyebab umum dari anemia:

* Perdarahan hebat
* Akut (mendadak)
* Kecelakaan
* Pembedahan
* Persalinan
* Pecah pembuluh darah
* Penyakit Kronik (menahun)
* Perdarahan hidung
* Wasir (hemoroid)
* Ulkus peptikum
* Kanker atau polip di saluran pencernaan
* Tumor ginjal atau kandung kemih
* Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
* Berkurangnya pembentukan sel darah merah
* Kekurangan zat besi
* Kekurangan vitamin B12
* Kekurangan asam folat
* Kekurangan vitamin C
* Penyakit kronik
* Meningkatnya penghancuran sel darah merah
* Pembesaran limpa
* Kerusakan mekanik pada sel darah merah
* Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
* Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
* Sferositosis herediter
* Elliptositosis herediter
* Kekurangan G6PD
* Penyakit sel sabit
* Penyakit hemoglobin C
* Penyakit hemoglobin S-C
* Penyakit hemoglobin E
* Thalasemia (Burton, 1990).

C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

D. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).

E. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

F. Pemeriksaan penunjang
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
G. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.

MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

C. Intervensi/Implementasi keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah :
1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI
 Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
 Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
 Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
 Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
 Tingkatkan masukkan cairan adekuat.
Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
 Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
 Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
 Amati eritema/cairan luka.
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
 Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan.
 Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : - menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
- tidak mengalami tanda mal nutrisi.
- Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.


INTERVENSI & IMPLEMENTASI
 Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
 Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
 Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
 Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
 Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
 Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.

 Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
 Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
 Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : - melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI
 Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
 Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
 Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
 Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
 Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.



INTERVENSI & IMPLEMENTASI
 Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
 Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
 Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
 Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
 Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.
Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
 Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
 Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI
 Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
 Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur.
Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
 Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.
Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan.
 Bantu untuk latihan rentang gerak.
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.
 Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi)
Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.

6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : - menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI
 Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
 Auskultasi bunyi usus.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
 Awasi intake dan output (makanan dan cairan).
Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
 Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare.
 Hindari makanan yang membentuk gas.
Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen
 Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
 Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.
Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.
 Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)
Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
 Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil : - pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
- mengidentifikasi factor penyebab.
- Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI
 Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
 Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
 Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
 Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
 Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.


DAFTAR PUSTAKA

* Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
* Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
* Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta
* Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
* Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
* Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta
* http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
* http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm
* Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
* Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DEFINISI KELUARGA

adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (uu. No 10, 1992)

adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (friedman 1998)

adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (uu. No 10, 1992)

adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (friedman 1998)

Kesimpulan :

- unit terkecil dari masy

- dua orang / lebih

- ikatan perkawinan dan pertalian darah

- hidup dalam satu rumah tangga

- asuhan kepala rt

- berinteraksi

- punya peran masing2

- pertahankan suatu budaya

CIRI-CIRI KLG :

  1. Diikat tali perkawinan
  2. Ada hub darah
  3. Ada ikatan batin
  4. Tanggung jawab masing –masing
  5. Ada penagmbil keputusan
  6. Kerjasama
  7. Interaksi
  8. Tinggal dalam suatu rumah

STRUKTUR :

1. Struktur peran klg, formal dan informal

2. Nilai/norma klg, norma yg diyakini oleh klg. Berhub. Dg kesehatan

3. Pola komunikasi klg, bgm komunikasi ortu-anak, ayah ibu, & anggota lain

4. Struktur kek. Klg, kemamp. Mempengaruhi dan mengendalikan orlain. U/ kesehatan

CIRI –CIRI STRUKTUR KLG :

  1. Terorganisasi , bergantung satu sama lain
  2. Ada keterbatasan ,
  3. Perbedaan dan kekhususan, peran dan fungsi masing-masing

STRUKTUR KELUARGA (IKATAN DARAH) :

  1. Patrilineal, klg sedarah terdiri sanak saudara sedarah dlm beberapa generasi , dimana hub. Itu berasal dari jalur ayah
  2. Matrilineal, klg sedarah terdiri sanak saudara sedarah dlm beberapa generasi , dimana hub. Itu berasal dari jalur ibu
  3. Matrilokal, suami istri tinggal pada klg sedarah istri
  4. Patrilokal, suami istri tinggal pada klg sedarah suami
  5. Klg kawinan, hub. Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan klg dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri

PEMEGANG KEKUASAAN

Patriakal, dominan dipihak ayah

Matriakal, dominan di pihak ibu

Equalitarian , ayah dan ibu

PERANAN KELUARGA :

  1. Peranan ayah, pencari nafkah, prndidik, pelindung, rasa aman, sbg kk, anggota masy
  2. Peranan ibu, mengurus rt, pengasuh/pendidik anak, pencari nafkah tambahan, anggota masy
  3. Peran anak, peran psikososial sesuai tk perkemb. Baik mental fisik sosial dan spiritual.

TYPE KELUARGA (SCR TRADISIONAL)

  1. Keluarga inti (nuclear family) terdiri: ayah , ibu dan anaknya dari keturunannya atau adopsi
  2. Keluarga besar (extended family) keluarga inti + anggota klg lain yg masih ada hub. Darah. (kakek, nenek , paman, bibi)

TYPE KELUARGA (SCR TRADISIONAL)

  1. Keluarga inti (nuclear family) terdiri: ayah , ibu dan anaknya dari keturunannya atau adopsi
  2. Keluarga besar (extended family) keluarga inti + anggota klg lain yg masih ada hub. Darah. (kakek, nenek , paman, bibi)

TUGAS PERKEMBANGAN SESUAI DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN (DUVAL)

(SOCIOLOGICAL PERSPECTIVE)

  1. Keluarga baru menikah

- membina hub. Intim

- bina hub, dg klg lain: teman dan kelompok sosial

- mendiskusikan rencana punya anak

  1. Klg. Dg anak baru lahir

- persiapan mjd ortu

- adaptasi klg baru , interaksi klg, hub. Seksual

  1. Klg dg anak usia pra sekolah

- memenuhi kebut. Anggota klg : rumah, rasa aman

- membantu anak u/ bersosialisasi

- mempertahankan hub yg sehat klg intern dan luar

- pembag tanggung jawab

- kegiatan u/ sti,ulasi perkemb. Anak

4. Klg dg anak usia sekolah

- membantu sosialisasi anak dg lingk luar

- mempertahankan keintiman pasangan

- memenuhi kebut. Yg meningkat

5. Klg dg anak remaja

- memberikan kebebasan seimbang dan bertanggug jawab

- mempertahankan hub. Intim dg klg

- komunikasi terbuka : hindari, debat, permusuhan

- persiapan perub. Sistem peran

6. Klg mulai melepas anak sebagai dewasa

- perluas jar. Klg dari klg inti ke extended

- pertahnakan keintiman pasanagan

- mabantu anak u/ mandiri sbg klg baru

- penataan kembali peran ortu

7. Klg usia pertengahan

- pertahankan keseh. Individu dan pasangan usia pertengahan

- hub. Serasi dan memuaskan dg anak- anaknya dan sebaya

- meningkatkan keakraban pasangan

8. Keluarga usia tua

- pertahankan suasana saling menyenangkan

-adapatasi perubahan : kehil.pasangan,kek. Fisik,penghasilan

- pertahankan keakraban pasangan

- melakukan life review masa lalu

8. Keluarga usia tua

- pertahankan suasana saling menyenangkan

-adapatasi perubahan : kehil.pasangan,kek. Fisik,penghasilan

- pertahankan keakraban pasangan

- melakukan life review masa lalu

KELOMPOK KLG. DI INDONESIA

Berdasar sosek dan kebut. Dasar

  1. PRASEJATERA,

belum dpt memenuhi kebut dasar minimal :

pengajaran agama, sandang, papan, pangan, kesehatan atau klg belum dapat memenuhi salah satu /lebih indikator ks tahap i

  1. KELUARGA SEJAHTRA (KS I)

telah dapat memenuhi kebut. Dasar scr minimal, tetapi blm dapat sosial psikologis, pendidikan, kb, interaksi lingk.

indikator :

- ibadah sesuai agama

- makan 2 kali sehari

- pakain berbeda tiap keperluan

- lantai bukan tanah

- kesehatan : anak sakit, ber kb, pus dibawa kesarana keseh.

3. KS II

indikator

- belum dapat menabung

- ibadah (anggota klg) sesui agama

- makan 2 kali sehari

- pakaian berbeda

- lantai bukan tanah

- kesehatan (idem)

- daging/ telur minimal 1 kali seminggu

- Pakaian baru setahun sekali

- Luas lantai 8 m 2 per orang

- Sehat 3 bulan terakhir

- Anggota yg berumur 15 tahun keatas punya penghasilan tetap

- Umur 10 – 60 th dapat baca tulis

- Umur 7-15 th bersekolah

- Anak hidup 2 /lebih . Klg masih pus saat ini berkontrasepsi

4. KS III

indikator :

- belum berkontribusi pd masyarakat

- ibadah sesuai agama

- pakain berbeda tiap keprluan

- lantai bukan tanah

- kesehatan idem

- anggota melaks. Ibadah…

- daging/telur seminggu sekali

- memperoleh pakaian baru dalam satu th terakhir

- luas lantai 8 m2 perorang

- anggota klg sehat dalm 3 bl terakhir

- klg berumur 15 th punya penghasilan tetap

- baca tulis latin 10 –60 th

- usia 7-15 bersekolah

- anak hidup 2/ lebih, pus saat ini ber kb

- upaya meningk agama

- klg punya tabungan

- makan bersama sehari sekali

- ikut keg. Masyarakat

- rekreasi 6 bl sekali

- informasi dari mass media

- menggunakan transportasi

5. KS TAHAP III PLUS

- dpt memenuhi seluruh kebutuhannya : dasar, sosial,pengembangan, kontribusi pd masy.

- indikator ks iii + (ditambah)

- memberikan sumb. Secara teratur pd masy

- aktif sbg pengurus yayasan / panti

Indicator gakin :

- Tak bisa makan 2 kali sehari atau lebih

- Tdk daging/ikan /telur / minggu sekali

- Tdk pakaian beda tiap aktifitas

- Tdk pakain baru, satu stel /tahun

- Lantai mayoritas tanah

- Lantai kurang dari 8 meter persegi untuk setiap penghuni

- Tdk ada anggota umur 15 tahun berpenghasilan tetap

- Anak sakit/pus ingin kb tak mampu ke yankes

- Anak 7-15 tahun tak berekolah

KESIMPULAN FUNGSI DIATAS :

  1. Asih, kasih sayang , perhatian, rasa aman kegangatan pd anggota klg shg dapat tumbang sesuai usia
  2. Asuh, perawatan agar selalu sehat fisik mental spiritual
  3. Asah, kebut. Pendidikan anak, untuk masa depan

FUNGSI KLG :

  1. Afektif, mengajarkan segala sesuatu u/ persiapan klg berhub. Dg orlain.
  2. Sosialisasi mengembangkan + berkehidupan sosial sbl meninggalkan rumah
  3. Reproduksi, mempertahankan generasi, kelangsungan hidup
  4. Ekonomi, memenuhi kebut. Klg, meningkatk., penghasilan
  5. Peraw. Kesehatan, merupakan tugas klg mempertahankan keadaan sehat
  6. Pendidikan,
  7. Religius
  8. Rekreasi

TUGAS KELUARGA DIBID. KESEHATAN (SBG. ETEOLOGI MASALAH)

  1. Mengenal masalah keseh. Klg
  2. Memutuskan tind keseh. Yg tepat bagi klg
  3. Merawat klg yg mengalami gangg keseh.
  4. Memodifikasi ling. U/ menjamin keseh. Klg
  5. Memanfaatkan fas. Yankes. Di sekitarnya

KELUARGA SBG SISTEM

klg merupakan sistem sosial yg terdiri kumpulan 2 /lebih yg punya peran sosial yg berbeda dengan ciri saling berhub. Dan tergantung antar individu

Alasan klg sbg sistem :

  1. Klg punya subsistem : anggota, fungsi, peran aturan , budaya
  2. Saling berhub dan ketergantungan
  3. Unit terkecil dari masy. Sbg suprasistem

Komponen sistem keluarga

  1. Input, anggota klg, struktur, fungsi, aturan, ling, budaya, agama
  2. Proses, proses pelaksanaan fungsi klg
  3. Out put, hasil berupa perilaku : sosial, agama, kesh,
  4. Feedback, pengontrol perilaku keluarga

KARAKTERISTIK KLG SEBAGAI SISTEM

  1. Sistem terbuka, sistem yg punya kesempatan dan mau menerima / memperhatikan lingk. Sekitar
  2. Sistem tertutup, kurang punya kesempatan, kurang mau menerima /memberi perhatian pada lingk. Sekitar

STANDAR PRAKTIK KLG PPNI :

  1. Standar praktik profesional

stndar i : pengkajian

standar ii : diagnosis

standar iii : perencanaan

standar iv : pelaks. Tind.

standar v : evaluasi

2. Standar kinerja profesional

Standar i : jaminan mutu

Standar ii : pendidikan

Standar iii : penilaian prestasi

Standar iv : kesejawatan

Standar v : etik

Standar vi : kolaborasi

Standar vii ; riset

Standar ix : pemnafaatan sumber

PENDAHULUAN

tujuan khusus adalah u/ mencapai kemampuan klg :

1. Mengenal mas kes klg

2. Memutuskan tindakan

3. Melakukan tindakan

4. Memelihara dan memodifikasi lingk.

5. Memanfaatkan sumber daya yg ada (puskesmas, posyandu)

Tujuan khusus askep keluarga :

  1. Mengenal mas. Keseh. Klg
  2. Memmutuskan tind. Yg tepat u/ ngatasi mas. Keseh klg
  3. Melakukan tind. Peraw. Keseh. Pd anggota yg sakit sesuai kemampuan
  4. Memodifikasi lingk. Klg
  5. Memanfaatkan sumber daya di masy. : puskesmas, posyandu, …

ASKEP KELUARGA

  1. Pengkajian
  2. Diagnosis keperawatan
  3. Perencanaan
  4. Implementasi
  5. Evaluasi

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DALAM ASKEP KLG :

  1. Pemberi askep
  2. Sbg. Pendidik
  3. Advokat
  4. Koordinator
  5. Kolaborator
  6. Pembaharu
  7. Pengelola

PERSIAPAN :

  1. Menetapkan klg sasaran
  2. Buat jadwal kunjungan
  3. Siapkan perlengkapan lap.

- family folder

- maslah klien dan klg

- phn kit

- alat bantu penyuluhan

PENGKAJIAN :

Tahap yg perlu dilakukan :

1. Bhsp

- perkenalkan

- jelaskan tujuan kunjungan

2. Pengk. Awal : terfokus

3. Pengkajian lanjut (thp ke 2)

pengkajian lengkap

PENGKAJIAN :

1. Berkaitan dg keluarga

- demografi,

- lingk

- struktur dan fungsi keluarga

- stress dan koping keluarga

- perkemb. Keluarga

2. Berkaitan dg indiv sbg anggota

- fisik

- mental

- sosial

- spiritual

- emosi

DIAGNOSIS :

Berdasar “ nanda “

  1. Gg. Proses klg
  2. Gg. Pemeliharaan kesehatan
  3. Nutrisi kurang /lebih
  4. Gg. Peran
  5. Pola eliminasi
  6. Sanitasi kurang
  7. Duka berkepanjangan
  8. Konflik pengamb. Keput
  9. Koping klg inadekuat
  10. Gg. Manaj. Pemeliharaan rumah
  11. Hambatan interaksi
  12. Kurang penget.
  13. Resiko [perub peran
  14. Resiko trauma
  15. Resiko pk
  16. Ketidak berdayaan
  17. Isolasi sosial
  18. Dll

SCORING :

Diag. Kep (baylon –maglaya)

Prioritas diranking

Contoh :

“ resiko jatuh lansia di klg bapak rr b/d. Ketidakmamp[uan menyediakan lingk. Aman”

DIAGNOSIS

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

EVALUASI (LIHAT DI FORMAT)

DAFTAR DIAGNOSIS KEP KLG NANDA:

A. Lingkungan

  1. Kerusakan penatalaksanaan rumah (kebersihan)
  2. Resiko cedera
  3. Resiko infeksi

B. Struktur komunikasi

  1. Kerusakan komunikasi

C. Struktur peran

  1. Isolasi sosial
  2. Perub. Dlm proses klg (ada yg sakit)
  3. Berduka disfungsional
  4. Potensial pening mjd ortu
  5. Perub penamp. Peran
  6. Gangg. Citra tubuh

D. Afektif

  1. Resiko tindakan kekerasan
  2. Perub proses keluarga
  3. Koping klg tak efektif

E. Sosial

  1. Perilaku mencari bant. Kes
  2. Konflik peran ortu
  3. Perub pertukem
  4. Perub pemel. Kesh
  5. Kurang penget
  6. Isolasi sos
  7. Ketidak patuhan
  8. Gangg identitas pribadi

F. Fungsi perawat klg

  1. Perilaku mencari pertol kesh
  2. Ketidak efektifan penatalaks. Terapeutik klg
  3. Resiko penyebaran infeksi

G. Strategi koping

  1. Potensial peningk koping klg
  2. Koping klg tak efektif
  3. Resiko tindakan kekerasan

Rabu, 12 Mei 2010

Penerimaan Mahasiswa Baru Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Mengapa Memilih S-1 Keperawatan UMJ
-Berdiri sejak tahun 2001 dan telah terakreditasi dengan nilai B oleh BAN-PT Departemen Pendidikan Nasional Indonesia
-Diakui Oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) No.038/PPP.PPNI/SK/III/2004 dan menjadi anggota pada The Association of Indonesian Nurse Education Center (AINEC).
-Berada dibawah naungan Muhammadiyah, organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan amal usaha kesehatan dan pendidikan terbesar di seluruh wilayah Indonesia.
-Laboratorium Komputer yang dapat mengakses internet, laboratorium Keperawatan, laboratorium Biomedik.
-Didukung oleh staf pengajar dan pembimbing klinik berkualitas.
-Memiliki English Language Centre dengan audio Visual.
-Seluruh ruang kuliah menggunakan AC dan dilengkapi dengan peralatan audio visual.
-Perpustakaan dengan literatur perawatan yang lengkap dan ditunjang dengan komputer dan internet sebagai fasilitas untuk dapat mengakses website jurnal kesehatan Internasional.
-Free Hotspot area di lingkungan kampus.
Tersedia program beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi.

Waktu Kegiatan PMB
Kegiatan seleksi dan penerimaan mahasiswa baru akan dilaksanakan pada bulan januari sampai dengan Austus 2010

Persyaratan Pendaftaran
Persyaratan Umum
Program A
1. Beragama Islam
2. Telah lulus SMU atau sederajat
3. Tinggi badan: Pria minimal 155 cm dan wanita minimal 150 cm
4. Sehat jasmani dan rohani
Program B
1. Beragama Islam
2. Memiliki ijazah DIII Keperawatan
3. Sehat jasmani dan rohani

Biaya Pendaftaran
1. Formulir Pendaftaran
2. Biaya pendaftaran Program A sebesar Rp 200.000 dan Program B sebesar Rp 200.000
3. Biaya psikotest, tes kesehatan dan wawancara Rp 300.000

Persyaratan administratif
Program A
1. Foto copy ijazah yang telah dilegalisir / surat keterangan lulus (1 lembar)
2. Foto copy akte kelahiran (1 lembar)
3. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (1 lembar)
4. Foto terbaru hitam putih 4x6 (3 lembar), 3x4 (2 lembar), 2x3 (2 lembar).
Program B
1. Foto copy ijazah yang telah di legalisir / surat keterangan lulus (1 lembar)
2. Foto copy transkrip nilai (1 lembar)
3. Foto copy akte kelahiran (1 lembar)
4. foto copy Kartu Tabnda Penduduk (1 lembar)
5. Foto terbaru hitam putih 4x6 (3 lembar). 3x4 (2 lembar), 2x3 (2 lembar).
6. Surat izin dari pimpinan (bagi yang sudah bekerja) (1 lembar).

Materi Ujian
A. Uji Tulis
Program A.
1. Ilmu Alam Dasar
2. Al-Islam
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
Program B
1. Keperawatan terpadu
2. Al-Islam
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
B. Uji Kesehatan
C. Psikotes
D. Wawancara